Perkembangan seni rupa zaman klasik
didasari atas berkembangnya kebutuhan dan kepercayaan. Kepercayaan yang hidup
pada zaman prasejarah berkembang pesat pada zaman klasik. Kepercayaan
awal pemujaan terhadap arwah (roh nenek
moyang) berkembang menjadi kepercayaan kepada para dewa. Kebutuhan
sarana ibadah baik bentuk dewa maupun tempat
peribadatan menjadi alasan mereka menciptakan karya seni rupa, berupa
kuil, candi, vihara, dan patung-patung perwujudan dari dewa dan dewi, serta
piramid. Didorong oleh perkembangan ilmu dan teknologi, serta ditemukannya
bahan logam, menjadikan karya-karya mereka mencapai tahap perkembangan yang
dapat mencapai puncak (klasik).
Seni rupa pada zaman klasik ini di
seluruh dunia hampir mengalaminya, di Yunani, Romawi, Mesir, India,
Mesopotamia, dan Indonesia. Perbedaanya hanya terletak pada waktu. Bisa diambil
Seni Klasik di Mesir dengan didasari pada pemujaan terhadap dewa. Fir'aun sebagai
raja yang dipercaya turunan dewa, maka
setelah meninggal dipatungkan dalam wujud dewa. Pemujaan
terhadap Fir'aun setelah mati bukan sekedar dipatungkan, tetapi juga
dibuat mummi (mayat yang diawetkan). Mummi
ini didasari atas kepercayaan bahwa manusia setelah
mati rohnya akan bersemayam melindungi manusia yang hidup asalkan
jasadnya diawetkan. Kebutuhan kepercayaan itulah maka dibuat mummi. Karya seni
bentuk lain adalah piramid. Piramid adalah tempat makam Fir'aun. Piramid ini merupakan
karya klasik dan monumental.
Pada
bagian tempat menyimpan mummi, didalam piramid dibuat kamar (cela): Pada
Dinding cela ini digambarkan si mati ketika semasa hidupnya dan kendaraan kapal
sebagai kendaran roh si mati menuju nirwana. Karya seni rupa yang lahir adalah
relief. Di depan piramid dibangun pintu gerbag (pylon) yang diapit oleh dua
tugu (obelix), yang terbuat dari batu utuh dengan ketinggian puluhan meter.
Dibelakangnya dibuat patung yang berbadan singa berkepala manusia (sphink),
yang mengandung makna simbolis.
Piramid,
patung, tugu, dan sphink, serta mummi
adalah karya seni rupa yang mencapai tahap klasik
(puncak) karya seni rupa mesir. Itu semua didasari oleh kebutuhan kepercayaan.
Contoh lain seni rupa klasik yang lahir di Yunani dan Romawi. Karya seni rupa
mereka mencapai klasik sebab menciptakan karya-karya yang monumental seperti
kuil, patung dewa dewi, dan tempat olahraga olimpiade. Karya-karya
mereka pun lahir didasari oleh kebutuhan kepercayaan
kepada para dewa. Dewa-dewa diciptakan dalam bentuk patung manusia yang
sempurna dalam bentuk fisik (idial). Lahirlah patung dewa Zeus, Dewa Appolo,
Dewa Olahraga, dan dewa - dewa lainnya dalam bentuk patung yang menggunakan
bahan batu, logam dan emas. Ketelitian, keuletan, kesungguhan dalam membuat
patung sangat telliti dan tinggi, sehingga melahirkan karya-karya patung yang
sempurna (klasik).
Selain
patung seni rupa yang didasari kepercayaan terhadap dewa ini berupa sarana
ibadah atau kuil. Kuil-kuil ini mencapai tahap klasik sebab didukung oleh
tiang-tiang yang indah dan dihiasi dengan patung-patung dewa dan relief yang
agung. Karena teknik yang tinggi dan kecermatan yang luar biasa, maka
terciptalah kuil-kuil yang monumental (klasik). Seni klasik yang lahir di
Indonesia, didasari oleh kepercayaan agama Hindu dan Budha. Ajaran agama Hindu
yang percaya kepada para Dewa melahirkan perwujudan dewa-dewa dalam bentuk
patung, dewa syiwa, dan brahma. Raja dianggap sebagai turunan dewa, maka
raja biasanya dipatungkan dalam wujud dewa.
Tempat pemakaman para raja biasanya dibuatkan bangunan
candi asal kata dari Candika (Dewa Kematian). Dinding bangunan candi dihias
dengan relief yang berisi ajaran agama. Patung, relief dan candi yang dibangun
untuk kebutuhan kepercayaan di Indonesia mencapai tahap klasik dan monumental
seperti Candi Prambanan, Borobudur dan Penataran
Seni
Klasik
Kesenian
klasik merupakan puncak perkembangan kesenian tertentu, yang mana tidak dapat
berkembang lagi (mandeg). Karya seni yang dianggap klasik memiliki kriteria
sebagai berikut : (1) Kesenian yang telah mencapai puncak (tidak dapat
berkembang lagi), (2) merupakan standarisasi dari zaman sebelum dan sesudahnya,
dan (3) telah berusia lebih dari setengah abad. Selain dari ketentuan itu,
suatu kesenian belum bisa dikategorikan seni klasik. Karya-karya seni klasik
dapat dijumpai pada bangunan-bangunan kuno Nusantara pada zaman Hindu-Budha dan
bangunan-bangunan kuno di Yunani dan Romawi.
Seni lukis zaman klasik
Seni
lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:
- Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)
- Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),
Di
zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang
ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan
dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada
kata-kata dalam banyak hal.
Seni Rupa Zaman Klasik Indonesia
Ø Munculnya
Pertulisan /Prasasti.
Ø Arsitektur
Masa Klasik.
Ø Seni
Arca
3.
Seni Rupa Zaman Hindu-Budha.
Zaman Hindu-Budha merupakan babak baru periodesasi kebudayan di Indonesia. Zaman ini juga di katakana sebagai akhir dari zaman prasejarah dan menjadi awal zaman sejarah. Hal ini di buktikan dengan adanya penemuan tulisan. Masa inipun sering dikatakana sebagai masa klasik. Peninggalan karya seni rupa pada masa Hindu-Budha yaitu prasasti dan candi. Prasasti adalah batu yang berisi sebuah tulisan tentang sesuatu peristiwa atau upacara tertentu yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan kerajaan.
Pada
zaman Hindu-Budha,banyak sekali kerajaan yang berdiri, mulai dari kerajaan
kecil sampai kerajaan besar. Hampir semua kerajaan memiliki peninggalan yang
berupa prasasti. Berikut adalah beberapa prasasti peninggalan kerajaan-kerajaan
pada masa Hindu-Budha.
- Prasasti ciaruteum yang bergambar telapak kaki (Kerajaan Tarumanegara)
- Prasasti kedukan bukit ( 683),menyebutkan kemenangan Raja Dapunta hyang (Kerajaan Sriwijaya)
- Prasasti canggal di Gunung Wakir (732), menyebutkan Banga Sanjaya membangun sebuah lingga di daerah Kunjara Kunya di jawa Dwipa (Kerajaan Mataram Kuno)
- Prasasti tukmas di lereng Gunung Merbabu,menyebutkan adanya mata air dari sumber yang dapat di samakan dengan sungai gangga (Kerajaan Kaling)
Selain
prasasti yang di sebutkan di atas, masih banyak lagi peninggalan kerajaan yang
berkembang pada masa Hindu-Budha. Candi merupakan peninggalan zaman Hindu-Budha
yang paling megah dan agung, karena orang zaman klasik membangunnya untuk
tujuan yang agung yaitu untuk kegiatan spiritual.
Candi
berasal dari kata” Candika Gerha” yang artinya rumah dewi candika. Dewi Candika
disebut juga Dewi Durga atau Dewi Maut. Orang membangun candi dengan harapan
mendapat pertolongan dari dewi durga dalam kematianya sehingga candi
kebanyakan berfungsi sebangai kuburan raja-raja. Pada perkembangan selanjutnya,
Fungsi candi menjadi bermacam-macam di antaranya sebangai berikut :
- Sebagai hiasan (Candi Sari)
- Sebagai kuburan Abu Jenazah (Candi Budha)
- Sebagai Pemujaan (Candi penataran)
- Sebagai tempat Semedi (Candi Jalatunda)
- Sebagai Pemandian (Candi Belahan)
- Sebagai Gapura (Candi Bajang Ratu)
Seperti
halnya zaman Hindu-Budha, zaman Islam juga memiliki peninggalan karya seni rupa
yang cukup megah. Hasil karya seni rupa zaman Islam berupa arsitektur dan seni
hias
Seni Arsitektur meliputi
- Masjid
- Makam
- Istana
Seni
hias meliputi
- Seni ukir
- Seni kaligrafi (arab)
- Seni wayang
- Seni batik
- Seni lukisSeni Rupa Moderen
Seni rupa moderen
merupakan babak baru dalam perkembangan seni rupa. Menurut konsepnya, karya
seni rupa tidak lagi menjadi simbol-simbol kehidupan yang kaku, namun ia lebih
cenderung menjadi pengungkap ekspresi dan nilai seorang seniman
secara bebas. Perkembangan seni rupa Indonesia modern terbagi dalam beberapa
babak / periodesasi.
Sumber : www.wikipedia.com
3 komentar:
http://artone41.blogspot.co.id/
Seni lukis masa klasik reniassance sangat memang sangat menawan... salah satu tokoh masa klasik adalah Leonardo da Vinci... Saya ingin berbagi wawancara dengan Leonardo da Vinci (imajiner) di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2018/03/wawancara-dengan-leonardo.html
Sebutkan bukti fisik adanya perkembangan seni rupa zaman klasik
Posting Komentar